Rabu, 10 Desember 2014

CARA MEMBASMI TIKUS SAWAH

Berbagai cara petani lakukan untuk membasmi tikus sawah yang setiap tahun selalu merugikan penghasilan petani karena hasil panennya yang berkurang karena di makan tikus atau di rusak tikus, mulai dari Gropyokan petani yaitu membongkar sarang Tikus di setiap pematang sawah sampai menggunakan pestisida atau racun yang berlabel merah yang paling berbahaya pun di gunakan bahkan Oli atau pelumas kendaraan pun di gunakan sebagai media pencampur pestisida atau racun yang berbahaya tadi. namun tetap saja petani masih kebobolan atau kecolongan karena tanaman padi nya masih di makan atau di rusak sama tikus. di mana kah letak kesalahan dan kekurangan petani dalam menangani Hama Tikus ini?
karena hama tikus adalah hama yang pintar dan mempunyai solidaritas yang tinggi dan bergotong royong dan konon katanya kalau Tikus ini memliki seorang Raja yang dimana bila ada pemimpin berarti ada prajurit atau anak buah, bila mau melakukan serangan ke suatu wilayah biasanya tikus pemimpin memerintahkan anak buahnya atau prajuritnya terlebih dahulu untuk maju dan mencoba terlebih dahulu bila di kira nya aman maka semuanya baru masuk menyerang dan merusak, namun bila anak buah atau prajurit tadi mati maka yang lainnya pun tidak berani masuk dan mungkin akan pergi mencari yang aman-aman saja dan tidak berbahaya menurutnya. dan kalau pun petani itu menaruh perangkap atau pestisida yang di di campur Oli atau pelumas kendaraan biasanya bila ada tikus yang mati karenanya maka tikus yang lainnya akan bersabar dan mencari areal yang tidak berbahaya menurutnya dan bila efek dari pestisida yang di campur oli itu sudah hilang dan sudah aman dari pengaruh racun pestisida tadi barulah tikus tikus itu masuk dan menyerang tanaman para petani tersebut. tikus saja sampai berpikir segitunya artinya sabar dan menunggu kelemahan dan lengahnya petani dalam menjaga tanamannya dari serangan tikus, maka seharusnya kita pun juga harus belajar dan mengerti serta mengetahui apa kelemahan dan kekurangan dari hama tikus ini. dan sebelum saya memberi tahu cara membasmi tikus mari lah kita belajar dulu mengenai siklus kehidupan dari hama tikus itu sendiri agar kita juga bisa tahu apa kelemahan dan kekurangan dari hama tikus itu sendiri. baik lah kita mulai saja!

TIKUS

Kingdom        = Chordata
Sub Kingdom = Vertebarata
Kelas              = Mamalia
Ordo               = Rodentia
Family            = Muridae
Species           = Rattus Argentiventer
Genus             = Rattus

CARA BERKEMBANG BIAK TIKUS
Tikus bersifat Omnivora atau pemakan segala, dan tikus akan menyerang tanaman padi pada saat usia maksimum anakan atau berhenti anakan kalau kata orang Jawa Barat sih namanya Mapak Anak, Phase Bunting, Phase pematangan sampai panen.
Tikus betina bunting selama 21 hari dan menyusui anaknya pun selama 21 hari, tikus mampu bunting dan menyusui dalam waktu bersamaan karena tikus bisa langsung kawin lagi dalam waktu 48 Jam atau 2 hari setelah melahirkan dan tikus betina mempunyai puting susu berjumlah 12 buah puting susunya. setiap anak tikus yang di lahirkan oleh induknya di pastikan mereka semua terlahir hidup dan tumbuh dewasa dan jumlah anak yang di lahirkannya tergantung jumlah makanan yang tersedia di lingkungannya apabila jumlah makanan yang ada di lingkungannya itu banyak maka si induk tikus pun bisa melahirkan anak yang banyak pula, bisa lebih dari 10 ekor. namun bila makanan yang ada di lingkungannya cuma sedikit maka si induk tikus betina pun melahirkan anaknya sedikit, oleh sebab itulah semua anak tikus yang di lahirkannya hidup semua karena tidak ada yang kelaparan dan mati karena kekurangan makan karena sudah di ukur dengan ketersediaan makanannya.
anak tikus yang berumur 7-10 hari akan mulai tumbuh rambut dan matanya mulai terbuka dan dapat melihat. umur 20 hari akan di sapih atau berhenti menyusu sama induknya.tikus akan menjadi dewasa dan siap kawin setelah mencapai umur 5-9 minggu.
selama satu musim tikus bisa melahirkan sampai 3 kali kelahiran, dan anak betina pertama yang di lahirkan bisa menghasilkan anak kembali pada periode sawah bera atau istirahat dan bila singgangnya keluar malai.

SARANG TIKUS
pada saat usia tanaman padi Vegetatif sarang Tikus atau Lubang Tikus masih pendekdan dangkal karena masih belum banyaknya anggota keluarga yang tinggal di dalamnya, dan bila petani mau melakukan Gropyokan Tikus atau membasmi Tikus dengan cara memburu di setiap pematang dan tanggul sawah maka di saat itu lah waktu yang tepat untuk melakukan Gropyokan Tikus karena lubang atau sarang Tikus yang masih pendek dan dangka memudahkan untuk membongkar sarang atau lubang tikus tersebut. namun bila usia tanaman padi sudah masuk ke Phase Generatif sarang tikus bisa  mencapai 4 meter panjangnya dan banyak cabang pintu keluar masuknya tikus dan lebih dalam serta lebih luas tentunya agar lebih nyaman untuk membesarkan anak-anaknya kelak, dan bila kita melakukan gerakan Gropyokan Tikus pada masa itu sudah di pastikan kita akan lebih kesulitan melakukannya, karena bila harus membongkar sarangnya berarti kita harus menggali sampai panjangnya 4 meter dan lebih dalam tentunya lubang yang harus kita gali. makanya kita juga harus tau kapan waktu yang tepat untuk membasmi tikus karena yaitu tadi, tikus saja menyerang tanaman padi kita nunggu sampai kita lengah dan malas nungguinnya, masa kita tidak bisa mengetahui kelemahannya tikus. y berarti selamanya tikus yang menyerang tanaman padi kita, sekali-kali dong kita yang menyerang sarangnya tikus.
Sarang Tikus akan di tinggalkan pada periode kekurangan makanan atau banjir. dan itu terjadi pada saat periode Bera atau pengolahan Lahan sampai awal Tanam, pada saat itu Tikus bermigrasi ke pemukiman Warga atau kebun-kebun dekat rumah warga yang masih tersedia makanan. pada musim Bera biasanya Tikus tidak membuat Sarang tapi berlindung dalam Tumpukan Jerami atau Kayu, Kandang Ternak dan bahkan rumah Warga, ada juga yang membuat sarang di atas Pohon.

POPULASI TIKUS
Dalam Populasi Rendah Tikus sawah dengan luas Sawah seluas 2 Ha hanya mencapai 5-25 Ekor, tetapi dalam Populasi Tinggi bisa mencapai 250-900 Ekor/2 Ha, dan puncak populasi itu sendiri hanya membutuhkan waktu 1,5 sampai 2 bulan saja. bayangkan bila dalam 2 Ha itu Tikus nya ada 900 ekor, maka total keseluruhan luas areal sawah di daerah kita ada berapa Hektar tinggal di kalikan saja, pantas saja bila lagi waktunya serangan sawah kita bisa habis di serangnya.

PENGENDALIAN TIKUS

1. SANITASI LINGKUNGAN DAN HABITAT
Tikus tidak nyaman dan takut pada tempat yang bersih dan Terang, oleh karena itu membersihkan rumput di Tanggul-tanggul dan Pematang perlu di lakukan.

2.GROPYOKAN TIKUS
dengan cara bersama-sama dan gotong royong sesama petani mencari sarang atau lubang tikus kemudian di gali dan membasmi Tikus yang ada di dalamnya atau dengan cara ngompos atau ngasih asap pakai belerang biar masuk asapnya dan tikus yang berada di dalamnya mati dengan sendirinya karena keracunan sama asap Blerang tadi.

3. PESTISIDA DAN OLI/PELUMAS BEKAS
Namun cara ini sebenarnya tidak di perbolehkan oleh Badan Penyuluh Pertanian, namun sangat Efektif dan sering di lakukan oleh Petani pada umumnya yaitu dengan cara mencampur Pestisida dengan Oli/ Pelumas Bekas kemudian di kocorkan ke tiap petakan Sawah secara merata namun cara ini hanya dapat dilakukan bila petakan sawah itu ada airnya bila tidak ada airnya maka cara ini kurang efektif. karena maksudnya bila ada airnya otomatis Tikus itu akan turun ke Sawah dalam keadaan basah dan Lengket karena Oli Bekas tadi, kemudian karena Tikus itu merasa risih karena badannya lengket penuh dengan Oli bekas tadi maka si Tikus itu berniat membersihkan badannya dengan cara menjilati badanya namun karena Oli bekas tadi sudah mengandung racun atau Pestisida tadi maka dengan sendirinya Tikus itu menjilati racun yang menempel di badannya dan sudah tentunya Tikus itu akan keracunan dan mati.

4. MEMASANG ALIRAN LISTRIK/SETRUM


menggunakan mesin Diesel sebagai Sumber Setrum atau Listrik, dan kalau bisa suruh orang yang ahli di bidang Listriknya untuk memasang dan merakit agar bisa di Sub Sub ke beberapa Petakan Sawah agar bila ada petakan yang Korslet tidak mengganggu ke Petakan Sawah yang lainnya.
 menggunakan Kawat bangunan, Kayu atau bambu sebagai Patok atau Tiang dan Pipa Paralon ukuran kecil saja trus di potong-potong kemudian patoknya atau kayunya kita tanam atau di tancapkan ke tanah sekuat mungkin agar tidak gampang lepas kemudian masukan pipa paralon yang sudah di potong terus ikatkan kawatnya ke pipa tadi dengan jarak 1 meter tiap pipanya.
di kasih kayu patok sebagai tiangnya dan di ikatkan pada pipa agar bisa di naik dan di turunkan bila air meluap atau banjir, karena bila kawat nya menyentuh Air maka akan terjadi korslet nantinya untuk itu di kawatnya di ikatkan pada pipa bukan lansung pada kayu patoknya.







di kasih Lampu penerangan, selain sebagai tanda agar tidak ada orang yang tersengat aliran listrik juga sebagai tanda bila ada kawat yang menyentuh air karena bila kawat nya menyentuh air maka lampu itu akan redup terang redup terang dan begitupun bila ada Tikus yang tersengat aliran listrik alias menyentuh kawat yang di aliri Listrik tadi. kemudian sebagai ciri bila siang mati berarti tidak ada setrum atau aliaran listriknya dan bila malam Nyala berarti ada setrum atau aliran Listriknya dengan demikian resiko bahaya manusia tersengat aliran Listriknya pun tidak ada alias aman.



 Tikus yang mati akibat tersengat aliran listrik




Minggu, 01 September 2013

UNSUR-UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM PUPUK, ZAT PERANGSANG DAN SUPLEMEN TUMBUHAN


UNSUR-UNSUR YANG TERKANDUNG DALAM PUPUK, ZAT PERANGSANG DAN SUPLEMEN TUMBUHAN


A. Yang termasuk dalam unsur hara pupuk Non Organik:

1. Unsur mikro
1.1. Boron (B) berperan untuk mengangkut karbohidrat dari daun ke bagian lain, berperan dalam pembelahan sel, mempengaruhi perkembangan sebuk sari.
1.2 . Tembaga (Cu) adalah salah satu pembentuk klorofil, berperan dalam metabolisme protein dan karbohidrat.
1.3. Mangan (Mn) berfungsi sebagai aktivator beberapa enzim untuk memperlancar asimilasi.
1.4. Seng (Zn) berfungsi membentuk hormon pertumbuhan, membantu pertumbuhan dan dan klorofil.
1.5. Besi (Fe) berfungsi sebagai penyusun enzim aktif dalam fotosintesis dan respirasi.
1.6. Molibdenum (Mo) membantu mengikat nitrogen dari udara bebas, komponen pada bintil akar.
1.7. Klor (Cl) dibutuhkan pada fase vegetatif dan generatif, mengeluarkan oksigen dari hasil fotosintesis.

2. Unsur makro
2.1. Nitrogen (N) berperan dalam pembentukan sel dan jaringan di dalam tanaman, seperti akar, batang, daun, dan awal pembentukan bunga. Memperlancar proses fotosintesis, mempengaruhi pertumbuhan daun, jumlah daun lebih banyak, helaian lebar, tampak mengkilap, bunga mekar sempurna, warna lebih cerah.
2.2. Fosfor (P) berguna untuk pertumbuhan vegetatif, pembentukan akar pada tanaman muda, pembentukan inti sel dan pembelahan sel, merangsang pembungaan, pembentukan biji, produksi buah, memperkuat daya tahan terhadap serangan penyakit.
2.3. Kalium (K) berperan memperlancar semua proses, memperkuat jaringan sehingga daun, bunga, dan buah tidak mudah rontok, mempengaruhi pembentukan protein dan pembelahan sel, batang lebih tegar, warna daun, jumlah serabut yang banyak.
2.4. Kalsium (Ca) berperan mengatur dan merawat dinding sel, terakumulasi pada jaringan tua sebagai penyusun sel dengan fungsi sebagai perekat, pengatur permeabilitas dalam sel.
2.5. Magnesium (Mg) bertugas membentuk klorofil dan butir hijau daun serta memperlancar proses fotosintesis.
2.6. Sulfur (S) berperan dalam proses sintesis protein, memperkeras protoplasma sehingga meningkatkan daya tahan terhadap kekeringan dan hawa dingin, memproduksi energi.

Pupuk Nonorganik (pupuk akar): Dekastar, Megamp Plus K (+Mg), Dekaform (+S, Ca, Fe), Grenn Giant (+Ca, S, Mg, Na, Cu, Mo, B, Fe, Zn, Mn, Cl, Se), Mutiara, Osmocote.

Pupuk nonorganik (pupuk daun): Gandasil, (-, 63, B, D), Growmore (Hijau, Oranye, Merah), Molyfert (A, B), Best foliar B, Top Foliar B, bayfolan, Hyponex (Hijau, Merah, Biru), Vitabloom (-, Spesial, Sp Biru), Surplus Merah, Gaviota, (-, 67), Mamigro.

B. Beberapa media pupuk organik:

    * Pupuk kandang (ayam): 1,00%, 0,80%, 0,40%
    * Pupuk kandang (domba): 0,75%, 0,50%, 0,45%
    * Pupuk kandang (kambing): 0,60%, 0,30%, 0,17%
    * Pupuk kandang (sapi): 0,40%, 0,20%, 0,10%
    * Pupuk kandang (itik): 1,00%, 1,54%, 0,62%
    * Pupuk kandang (merpati): 1,76%, 1,78%, 1,00%
    * Kompos: 2,50%, 1,00%, 2,00%

Pupuk organik: Mukti Mekar Asri (MSA), EM4, Growing, Bio Energi trubus, Pokon, Semai Mikro Plus, Bio Green, Super Trisekar Nutrient Solution, Pupuk Super Bionik, Super Top Soil, Bio Mikro, Long Fresh (Orchid Fertilizer Yellow), Long Fresh (Orchid Fertilizer Blue), Long Fresh (Asri Vitamin Bunga), Long Fresh (Flower Up), M-Bio, Gardenia Cair, Nutrisano, Biococo, Madura Golden Guano, Rapidgro, Penshibao, Flower, Grow Quick S (BAP), Grow Quick R (IBA + INA), Grow Quick O.

C. Zat perangsang tumbuh:
   1. Sitokinin, berguna merangasng keluarnya tunas, utama dipakai pada kultur jaringan (Novelgro).
   2. Giberlin, memicu pembungaan, memperbesar sel, memecah dormansi (ProGib A)
   3. Auksin, berguna untuk penyambungan (setek, runduk, sambung, cangkok) (Atonik, Dharmasari, 5EC, Florita, Rootone F, dan Growtoon).
   4. Retardan, merangsang pertumbuhan tunas

D. Suplemen: B1, minyak ikan.

(posting by bst) ilmuflora club

Rabu, 16 Januari 2013

Organisme Pengganggu Tanaman Pada Padi



Organisme Pengganggu Tanaman Pada Padi

·                        Hama-hama penting padi
·                        Penyakit-penyakit penting padi
·                        Gulma-gulma penting padi

Hama-hama Penting Padi

·                        Penggerek batang padi (kuning & putih)
              (Scirpophaga innotata dan Scirpophaga incertulas)
·                        Wereng batang coklat (Nilaparvata lugens)
·                        Wereng Hijau (Nephotettix sp.)
·                        Walang sangit (Leptocorisa sp.)
·                        Hama putih palsu (Cnapalocrosis sp.)
·                        Ganjur (Orseolia sp)
·                        Ulat Grayak (Mythimna sp. & Spodoptera sp.)
·                        Tikus sawah (Rattus argentiventer)
·                        Siput murbei (Pomacea sp.)
·                        Hama orong-orong (Gryllotalpa sp.)

Penyakit-Penyakit Penting Padi

·                        Penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani)
·                        Penyakit bercak daun (Cercospora oryzae)
·                        Penyakit hawar daun (Helminthosporium oryzae)
·                        Penyakit blas dan busuk leher (Pyricularia oryzae)
·                        Penyakit  kresek (Xanthomonas oryzae)

Gulma-Gulma Penting padi

·                        Gulma berdaun lebar
·                        Wewehan (Monochoria vaginalis)
·                        Semanggi (Marsilea crenata)
·                        Cabe-cabean (Ludwigia octovalvis)
·                        Gundah (Sphenochlea zeylanica)
·                        Gulma berdaun sempit
·                        Jawan/Jajagoan (Echinochloa crusgalli)
·                        Ekor kucing (Leptochloa chinensis)
·                        Teki-tekian
·                        Cyperus sp
·                        Fimbristylis sp.
·                        Scirpus sp

Pestisida Nabati buat Tikus

 Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Salah satu tanaman yang digunakan untuk mengendalikan hama tikus pada padi sawah adalah menggunakan tanaman cabai (Capsicum annum), buah jengkol (Phitecellobium lobatum) dan buah papaya tua (Carica papaya). Buah papaya tua langsung diberikan pada tikus hasilnya mati, sedangkan jengkol dan cabai menggunakan air hasil rendaman dari kedua jenis tanaman ini yang kemudian disemprotkan sehingga hama tikus menjadi berkurang nafsu makannya.
Pestisida nabati untuk mengendalikan hama tikus menggunakan cabai, buah jengkol dan papaya. Buah jengkol mengandung minyak atsiri, saponin, alkaloid, terpenoid, steroid, tannin, glikosoda, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor dan vitamin (Pitojo, 1995). Cabai mengandung minyak atsiri, piperin dan piperidin yang berfungsi sebagai repellent dan mengganggu preferensi makan hama (Harysaksono, 2008). Sedangkan buah papaya tua sebagai racun (enzim albuminose) atau kaloid carpine dalam mengendalikan tikus dengan potensi yang cukup besar karena buah papaya mengandung bahan aktif papain yang dapat digunakan sebagai rodentisida (Hariono, 2009). Papain berasal dari bahasa inggris yang tersusun dari dua kata yaitu papa (ya) dan in, sehingga kata tersebut kira – kira bearti suatu substansi di dalam buah (getah) papaya yang memiliki sifat enzimatis (Kalie, 1996).
Pembuatan pestisida nabati dengan bahan jengkol yaitu sebelumnya buah jengkol dikupas kulit luarnya maupun kulit arinya. Kemudian kupasan jengkol direndam dengan air, perbandingan 1 kg : 10 liter air selama 24 sampai 36 jam sehingga air rendaman mengeluarkan aroma yang sangat menyengat yang dapat mengusir hama tikus dengan meletakkan atau menyemprotkan larutan jengkol pada tanaman padi. Bukan hanya berlaku bagi tikus tetapi dapat mengusir burung yang menyerang tanaman padi.
Pembuatan pestisida nabati dengan cabai yaitu cabai ditumbuk halus kemudian direndam selama semalam. Kemudian disaring dan dapat langsung disemprotkan pada tanaman padi.
Pembuatan pestisida nabati dengan bahan buah pepaya tua yaitu buah papaya tua yang belum masak dikupas dan dipotong kecil-kecil sebesar dadu. Kemudian disebarkan pada tempat yang biasa dilewati tikus.
Menurut Hariono (2009), bahwa dalam proses pembuatan rodentisida nabati buah papaya, mulai dari pengupasan sampai penyebarannya harus menggunakan sarung tangan karena indera penciuman tikus sangat tajam terhadap bau dan sentuhan tangan manusia, sehingga kemungkinan tikus tidak akan memakan potongan buah papaya tua yang diberikan.

Kandungan Racun dan daya kerja dari Tanaman

Jenis Tanaman Kandungan Racun dan Daya Kerjanya Hama Sasaran
 
1. Berenuk Buahnya mengandung alkaloid
Cara kerja racun:
Bersifat pengusir hama
Tikus dan kutu daun atau wereng

2. Brotowali Buahnya mengandung alkaloid
Cara kerja racun:
Sebagai pengusir, racun saraf, dan penghambat perkembangan serangga
Hama gudang, walang sangit, ulat daun, dan wereng

3. Gadung
- Kunyit
- Susu
- Minyak ikan
- Sereh
Umbinya mengandung racun dioskorin dan diosconin
Cara kerja racun:
Memengaruhi system saraf, bersifat pengusir serangga dan anti-reproduksi
Kutu daun, nyamuk, wereng, dan tikus

4. Mindi Mengandung margosin, glikosdida, flafonoid
Cara kerja racun:
Menolak serangga, menghambat pertumbuhan, memengaruhi sistem saraf, pernapasan, dan sebagai racun perut.
Ulat grayak, kutu daun, anjing tanah, belalang, wereng, dan hama gudang

5. Srikaya Daun dan buah muda mengandung minyak anonain dan resin
Cara kerja racun:
Sebagai racun perut, racun kontak, penolak serangga, serta penghambat peletakan telur dan mengurangi nafsu makan serangga
Kumbang perusak daun, kutu daun,
nyamuk rorongo, wereng cokelat, dan walang sangit

6. Surian Daun dan kulit batang mengandung surenon, surenin, dan surenolakton
Cara kerja racun:
Memengaruhi aktivitas makan, gangguan pada sistem reproduksi, dan bersifat mengusir hama
Tungau, walang sangit, kutu kebul, ulat, dan kutu daun

7. Sembung Mengandung borneol, sineol, limonene, dan dimetil etrer floroasetofenon
Cara kerja racun:
Dapat memengaruhi metabolisme daya kerja saraf dan sebagai obat tradisional (rematik, diare, serta pembengkakan)
Keong mas, limus sakeureut

8. Picung Buah dan daun mengandung alkaloid dan asam biru (HCN)
Cara kerja racun:
Sebagai racun kontak yang memengaruhi sistem saraf
Wereng cokelat, lembing batu, belalang, walang sangit, kutu daun, ulat grayak

9. Selasih Daun dan bunga selasih mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terdapat kandungan metilegenol, eugenol, geraniol, dan sineol
Cara kerja racun:
Unsur metileugenol dapat menarik serangga jantan lalat buah dari golongan Bactrocera sp. Lalat buah atau entod longong jantan dari golongan Bactrocera sp.

MEMBUAT HERBISIDA SENDIRI

 MEMBUAT HERBISIDA SENDIRI


membuat atau meramu sendiri racun rumput yang murah tetapi tetap berdaya guna.   Ada 3 resep yang sudah disajikan yaitu Gus Bensol 11, Alur G 12 dan Hervit Top 13.  Nama-nama itu dibuat oleh penulis agar mudah diingat, karena susunan hurufnya adalah singkatan dari unsur-unsur bahan pembuatan   racun rumput hasil rekayasa petaninya.
Gus Bensol 11, disebut demikian karena bahan untuk meramu racun rumput ini terdiri dari : G (garam, U (Urea),  S (Sabun Colek), Ben (Bensin) dan  Sol (Solar).  Kemudian angka 11, artinya semua bahan dengan perbandingan  1 (Kg) : 1 (Kg) : 1 (Wadah) : 1 (Liter)  : 1 (Liter).  Racun rumput yang bersifat kontak ini dibuat petani jika sudah kepepet karena tidak punya uang cukup untuk membeli herbisida atau pada saat stok herbisida kosong tetapi rumput sudah tiba saatnya harus dibasmi.  Penulis mendapatkan resep ini dari Pak Mo di Jalan Sungai Lemo Sedadap Nunukan Selatan.

Alur G 12, terbuat dari Al (Air Laut) 12 liter, Ur (Urea) 2 kg dan G (salah satu nama Herbisida kontak) sebanyak 1 liter.   Semua bahan dicampur dan kemudian dimasak hingga mendidih.    Resep ini sebenarnya untuk menghemat herbisida yang harganya sangat mahal, untuk diperbanyak dari 1 liter menjadi 12 liter agar biaya dalam pembasmian rumput ini menjadi murah bagi petaninya.  Sebenarnya resep ini diperoleh dan dipraktekkan oleh Pak Mustafa, petani Jagung di Sei Jepun Nunukan Selatan, pada saat bekerja di kebun Kelapa Sawit di Lahat Dato Sabah Malaysia.  Sepulangnya dari ‘makan gaji’ di Malaysia Pak Mustafa selalu mempraktekkannya untuk  lahan Jagungnya  di Sei Jepun seluas sekitar 4 hektar.

Hervit Top 13, berbahan Her (herbisida) 1 liter, Vit (Vitsin) 250 gram atau satu kantong dan Top (Toak Pahit) sebanyak 3 liter.  Semua bahan dicampur dan bisa digunakan langsung sebagaimana biasanya.   Resep ini dicatat dari temuan Pak Asri Aziz seorang PPL Sebatik Barat dari beberapa petani binaannya  yang sudah terbiasa digunakan petani.   Menurut petani sebenarnya dulu resepnya hanya menggunakan Vitsin dan  Toak Pahit saja, namun kemudian petani ingin lebih menguatkan efeknya  dengan menambahkan herbisida.
Pada saat penulis  mengikuti  Pekan Daerah KTNA di Kota Tenggarong, sempat bertemu beberapa petani dari  Bengalon Kutai Timur Kalimantan Timur, yaitu Pak Saifuddin,  Pak Gioto dan Pak Ismail.   Dari Bengalon Kutai Timur ini sudah biasa menggunakan resep untuk memperbanyak racun rumput, khususnya yang bersifat sistemik (yaitu R..).   Resep dari Bengalon  ini berbahan Ragi, Urea, Air Hujan dan Herbisida dengan perbandingan  Ragi  Tape (1 kantong),  Urea (1 kg), Herbisida (R) 1 liter dan Air Hujan sampai dengan 5 liter.   Semua bahan dicampur  dan diaduk sampai merata kemudian diperam dalam wadah yang kedap sinar dan disimpan selama 1 minggu.   

Racun rumput ini agar mudah mengingat bahan   pembuatnya    maka disebut sebagai  Heragur AH5, maksudnya Her (herbisida), Rag (Ragi Tape), Ur (Urea) dan AH (Air Hujan) serta 5 maksudnya menjadi 5 liter.
Hikmah berkumpul dengan petani peserta Peda dan Rembug KTNA yang lain lagi adalah pengalaman petani dari Sebatik, yaitu Pak H. Alimuddin Ketua Kelompok Tani Sinar 2000.   Ada resep racun rumput yang berbahan Air Fermentasi Kakao atau sering disebut Air Kakao, Sabun Colek, Urea dan Herbisida kontak (seperti G..).   Cara dan resepnya yaitu,  memasak air biasa yang dicampur sabun colek (setengah kg) sambil terus diaduk sampai rata atau larut dan mendidih.  Setelah itu dicampurkan bahan-bahan lain seperi Urea ( 1 kg),  Herbisida (5 liter) dan Air Kakao (15 liter) dan diaduk hingga merata.
Penggunaan racun rumput oplosan ini adalah sebanyak 200 ml untuk satu tangki Sprayer 16 literan.  Biasa digunakan sebagai racun rumput kontak untuk sawah.   Kelemahan racun rumput ini adalah jika digunakan dengan Sprayer berbahan logam akan mudah korosi atau berkarat.

Agar memudahkan mengingat maka penulis member nama resep ini dengan  Arkosur H 515, maksudnya Arko (Air Kakao), S (Sabun Colek), Ur (Urea), H (Herbisida) dan 515 (5 liter herbisida dibandingkan 15 liter air kakao).
Resep-resep ini adalah karya dari petani yang cukup kreatif untuk mengatasi keterbatasannya tetapi terus berusaha tani dengan biaya yang lebih hemat .   Ini adalah bukti dari kearifan local para petani menghadapi keadaan semakin mahal dan langkanya racun rumput di pasaran.  Harapannya agar resep-resep ini dapat menjadi referensi bagi petani yang lain.  Meskipun ini bukan anjuran teknologi yang paten dan diakui oleh Pemerintah, tetapi silakan saja dicoba untuk kalangan petani sendiri dan kalau perlu dikembangkan dengan resep-resep yang lainnya.
Bagaimana menurut Anda?  Adakah resep dan pengalaman yang lain di sekitar Anda?

Selasa, 15 Januari 2013

Membuat Pupuk KCL


Membuat Pupuk KCL    
 
Sabut kelapa selama ini biasanya dipergunakan sebagai bahan bakar/ untuk memasak kebutuhan dapur. Tetapi dibalik itu sabut kelapa mengandung bahan-bahan yang bisa dimanfaatkan tumbuhan untuk memperkuat sistem perakaran.
Berikut cara pembuatan pupuk KCl dari sabut kelapa
Bahan dan alat
-Sabut kelapa sebanyak 25 kg
-Satu drum bekas atau bisa juga wadah serupa lainnya
-Air sebanyak 40 liter
Cara pembuatan
1. Sabut kelapa yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam drum bekas
2. Tuangkan air ke dalam drum hingga separuh terisi
3. Drum rendaman sabut kalapa harus ditutup rapat, agar tidak kemasukan air hujan atau sinar matahari langsung
4. Diamkan rendaman itu kurang lebih 15 hari
5. Jika air rendaman sudah berubah warna menjadi kuning kehitaman, berarti pupuk cair dari sabut kelapa sudah jadi dan siap digunakan
Aplikasi
1. Pupuk cair diberikan dua kali dalam satu musim tanam
2. Pertama sebagai pupuk dasar sebelum lahan ditanami atau pada fase pengolahan tanah
3. Kedua pupuk diberikan setelah padi memasuki masa primordia (awal tumbuh), dengan cara pupuk tanpa tambahan air disemprotkan pada batang padi.   

Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida

Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida antara lain:

Bentuk Cair
EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan konsentrasi bahan aktif yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.

Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.

Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot.

Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.

Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.

Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.

Bentuk padat
Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan hingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.

Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bisa dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan.

Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.

Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih

Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.

Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.

Mikro Organisme Lokal (MOL)

 Mikro Organisme Lokal (MOL)


Mikro Organisme Lokal (MOL) adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau sebagai dekomposer dan sebagai aktivator/ atau tambahan Nutrisi bagi tumbuhan yang disengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada di tempat tersebut.
Bahan-bahan tersebut diduga berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman (fitohormon) seperti : giberlin, sitokinin, auxin, dan inhibitor.
Tujuan
1.     Untuk mengembangkan biang penghancur bahan organik (dekomposer)
2.    Menambah aktivasi tumbuhan dan tambahan nutrisi bagi tanaman
Syarat terbentuknya MOL
1.     Bibit/ Media bakteri yang berasal dari bahan-bahan alami
2.    Makanan dalam bentuk glukosa (Gula dan air kelapa)
3.    Makanan dalam bentuk Karbohidrat
Manfaat MOL
1.    Sebagai starter dalam proses dekomposisi bahan organik
2.    Sebagai starter untuk pupuk organik cair bagi tanaman
3.    Penyedia nutrisi bagi tanaman
4.    Membantu kelancaran penyerapan unsur hara/ nutrisi oleh akar tanaman, karena kandungan elektrolitnya.
perbandingan 400 cc cairan MOL diencerkan dengan 14 l air dengan dosis 4,8 l/ha
CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DARI REBUNG BAMBU

1.    Bahan :
a.    Rebung bambu (kupas Kulit kerasnya yg berwarna Hijau)
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa
2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)
3.    Cara pembuatan:
a.    Rebung ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian
4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j
Fungsinya : untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan di aplikasikan pada umur 15 dan 30 HST
CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) MAJA (BRENUK)


1.    Bahan :
a.    Buah Maja/ brenuk
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa
2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)
3.    Cara pembuatan:
a.    Isi buah maja/Brenuk ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian
4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j

CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) BUAH


1.    Bahan :
a.    Buah Buahan (pisang, Nanas, Jeruk dll.)
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa
2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)
3.    Cara pembuatan:
a.    Buah-Buahan di kupas kulitnya ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian
4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j
Fungsinya : membantu bulir padi agar lebih berisi, di aplikasikan pada umur 45, 55 dan 65 HST

CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) KEONG MAS


1.    Bahan :
a.    KEONG MAS (SEGAR/HIDUP)
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa
2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)
3.    Cara pembuatan:
a.    KEONG MAS ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian
4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j

CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG


1.    Bahan :
a.    BONGGOL PISANG
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa
2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)
3.    Cara pembuatan:
a.    BONGGOL PISANG ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian
4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j
fungsinya : sebagai ZPT (untuk memacu pertumbuhan tanaman)

CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) NASI


1.    Bahan :
a.    NASI, masukan kedalam tumpukan daun bambu yang kering selama satu minggu
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa
2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)
3.    Cara pembuatan:
a.    Nasi yang sudah tumbuh miselium ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian
4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring,cairannya sebagai MOL
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j


CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) SAYURAN


1.    Bahan :
a.    Sayuran (Limbah/Baru)
b.    Air cucian beras
c.    Garam Dapur
2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)
3.    Cara pembuatan:
a.    Sayuran di cacah atau di tumbuk sampai hancur/ halus Volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
e.    Tambahkan garam sebanyak 5% dari berat sayuran
f.    Aduk sampai rata
g.    Tutup dengan plastik /kresek
h.    Plastik di tekan merata sampai permukaan bahan
i.    Di beri Air di atasnya, agar semua permukaan tertutup
j.    Biarkan selama 24 Hari
4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring,cairannya sebagai MOL
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j
Fungsinya : untuk merangsang tumbuhnya malai dan di aplikasikan pada umur 45,55, dan 65 HST



CARA PEMBUATAN NUTRISI TELUR
1.    Bahan :
a.    Kulit Telur
b.    Cuka

2.    Alat :
a.    Toples Plastik
b.    Kertas
c.    Karet Gelang

3.    Cara Pembuatan :
a.    Kulit Telur di remukan atau di pecah kecil
b.    Campur pecahan kulit telur dengan Cuka
c.    Perbandingan Kulit Telur dengan Cuka adalah 1 Kg Kulit telur di campur ke dalam Cuka antara 3-5 liter
d.    Masukan Cuka ke dalam toples Plastik, kemudian cangkang atau kulit telur tadi di masukan sedikit demi sedikit
e.    Kemudian tutup toples dengan kertas lalu di ikat
f.    Biarkan selama 7 hari
g.    Apabila sudah 7 hari campuran tersebut di saring dan hasilny di simpan di dalam botol dan di tutup rapat.

4.    Keterangan :
Tanda / Ciri Mol yang sudah jadi
-    Air berubah warna seperti bensin dan bau nya menyengat agak kurang enak

5.    Fungsi :
a.    Mengangkat sisa makanan atau nutrisi dari batang dan daun ke Buah
b.    Menambah bobot berat buah atau bulir padi

NUTRISI FUNGISIDA ALAMI

1.    Bahan :
a.    Jahe, Kunyit, Bawang Putih, Laos, Lempuyang
b.    Gula merah
c.    Air

2.    Alat :
a.    Toples Plastik
b.    Karet Gelang
c.    Kertas Buram

3.    Cara Pembuatan :
a.    Semua bahan di tumbuk halus jadi satu
b.    Gula di sisir titips untuk memudahkan pencampuran dengan bahan-bahan yang sudah halus
c.    Campurkan semua bahan jadi satu, supaya merata dengan perbandingan berat  1:1
d.    Kemudian masukan semuanya ke dalam Toples, lalu tutup dengan kertas Buram dan di lilit dengan karet Gelang
e.    Simpan di tempat yang sejuk selama 7 Hari
f.    Setelah 7 hari baru di buka
g.    Kemudian bahan-bahan tadi di saring dan hasilnya di masukan ke dalam Botol lalu tutup yang rapat
4.    Aturan Pakai :
Dosis pemakaian Nutrisi = 1cc Nutrisi di campur dengan 1 Liter Air

NUTRISI INSEKTISIDA ALAMI

1.    Bahan :
a.    Daun-daunan , Umbi-umbian, biji-bijian yang berbau langu dan terasa pahit
b.    Gula Merah
c.    Air

2.    Alat :
a.    Toples Plastik
b.    Karet Gelang
c.    Plastik atau Kresek
d.    Botol aqua

3.    Cara Pembuatan :
a.    Semua bahan di tumbuk halus jadi satu
b.    Gula di sisir titips untuk memudahkan pencampuran dengan bahan-bahan yang sudah halus
c.    Campurkan semua bahan jadi satu, supaya merata dengan perbandingan berat  1:1
d.    Kemudian masukan semuanya ke dalam Toples, lalu tutup dengan kertas Buram dan di lilit dengan karet Gelang
e.    Simpan di tempat yang sejuk selama 7 Hari
f.    Setelah 7 hari baru di buka
g.    Kemudian bahan-bahan tadi di saring dan hasilnya di masukan ke dalam Botol sisakan 2/3 ruang hampa udara pada botol lalu tutup yang rapat
4.    Keterangan :
a.    Tanda jadi : berbau tidak enak dan menyengat
b.    Buka tutup pelan pelan baru di kocok biar tidak meledak
c.    Dosis penggunaan nutrisi insektisida alami  =  1,5 – 2 gelas untuk satu tangki